dzikir, aswaja itb, salman itb, kmnu itb, pesantren mahaasiswa bandung
Imam Ibnu Athaillah As-Iskandari rahimahullah berkata, ‘’Janganlah kamu meninggalakan dzikirmu karena hatimu tidak hadir bersama Allah, sesungguhnya kelalaianmu dari berdzikir kepadanya lebih berbahaya dari kelalaian hatimu ketika kamu dalam keadaan berzikir, semoga Allah meningkatkan kamu dari dzikir yang disertai lalai ke tingkat dzikir dalam keadaan terjaga, dari tingkatan itu ke tingkat dzikir yang hadir, dari tingkatan itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.’’

Banyak orang mengatakan buat apa berdzikir kalau hatinya tidak khusyuk, perkataan seperti itu adalah jerat-jerat setan agar orang meninggalkan dzikir sama sekali.

Padahal Allah memerintahkan umat Islam agar selalu berdzikir kepada-Nya, wadzkurullaha dzikran katsiran (berdzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyak dzikir). Ini adalah perintah Allah yang tidak boleh dilalaikan dan disepelekan oleh umat Islam, karena barangsiapa yang ingin hidup berbahagia di dunia maupun akhirat, maka hendaklah selalu mendekatkan diri kepada Allah, adapun salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan cara memperbanyak dzikir kepada-Nya.

Berdzikir kepada Allah tidak harus dalam posisi duduk di tempat shalat atau di dalam masjid. Memang berdzikir di dalam masjid maupun dalam posisi setelah shalat adalah bentuk dzikir yang sangat afdhal. Namun di sisi lain, Allah juga perintah kepada umat: Wadzkurullaha qiyaman wa qu’udan wa ‘ala junubikum (Dzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, atau duduk, atau tidur terlentang). Allah memberi kebebasan agar umat tidak terikat oleh suatu keadaan.

Dzikir juga boleh dilakukan dengan lisan saja, atau di dalam hati saja, apalagi dilakukan sekaligus di lisan dan hati, dan tidak ada satupun dalil syariat yang membatasi tata cara berdzikir selagi dilakukan secara baik.

Kaum lelaki yang mempunyai se-abrek aktifitas dalam menjalani kehidupannya, maka dapat pula merangkap bekerja sambil berdzikir. Sebut saja seorang supir mobil, maka di saat menyupir hendaklah disertai berdzikir kepada Allah atau bershalawat kepada Nabi SAW, minimal dilakukan di dalam hati.

Kaum wanita yang sedang beraktifitas di dalam rumah, misalnya sedang memasak, maka hendaklah disertai dengan berdzikir kepada Allah atau bershalawat kepada Nabi SAW.

Kaum remaja yang sedang belajar atau beraktifitas lainnnya, maka sudah selayaknya disela-selai dengan berdzikir kepada Allah atau beshalawat kepada Nabi SAW. Jika berdzikir maupun bershalawat ini sudah menjadi rutinitas harian, maka akan menjadi ringanlah dalam mengamalkan ibadah sunnah berdzikir.

sumber http://pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=695

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top